Masyarakat Indonesia memiliki kesukaan yang berbeda terhadap tekstur nasi;
sebagian menyukai nasi dengan tekstur pulen, dan sebagian lagi menyukai nasi
dengan tekstur pera. Dari hasil penelitian terdahulu diperoleh informasi bahwa
tekstur nasi dipengaruhi oleh komposisi komponen penyusun pati dalam butir
beras yaitu amilosa dengan struktur rantai lurus dan amilopektin dengan
struktur rantai bercabang. Kadar amilopektin tinggi bertanggung jawab terhadap
tekstur lengket/pulen nasi, sebaliknya kadar amilosa yang tinggi bertanggung
jawab terhadap tekstur keras/pera nasi.
Butir beras dengan kadar amilosa tinggi (≥ 25%) memiliki tekstur nasi pera
jika dimasak. Selain cocok untuk dipasarkan di daerah yang masyarakatnya
menyukai tekstur nasi pera seperti Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau,
beras berkadar amilosa tinggi juga baik digunakan sebagai bahan baku bihun atau
diolah menjadi tepung beras. Tepung beras merupakan bahan (ingredient)
untuk pembuatan kue-kue basah dan kering. Selain itu, tepung beras baik untuk
dikonsumsi penderita gluten-intolerant karena tidak mengandung gluten.
Untuk memenuhi permintaan masyarakat yang menyukai tekstur nasi pera,
Balitbangtan telah melepas beberapa varietas padi unggul dengan kadar amilosa
tinggi seperti Inpari 12 (amilosa 26,4%), Inpari 17 (amilosa 26%), Inpara 1
(27,9%), Inpara 3, (28,6%), Inpara 4 (29%), dan Hipa 4 (24,7%). Sebagai
contoh, Inpara 3, yang yang dilepas tahun 2008, memiliki potensi hasil
5,6 ton/ha gabah kering giling (GKG) dengan rata-rata hasil 4,6 ton/Ha GKG.
Dari ketahanan terhadap hama dan penyakit, varietas ini agak tahan terhadap
wereng batang coklat biotipe 3, dan tahan terhadap blas 101, 123, 141, dan 373.
Varietas ini agak toleran terhadap rendaman selama 6 hari pada fase vegetatif
dan agak toleran terhadap keracunan Fe dan Al. Inpara 3 ini baik ditanam di
daerah rawa lebak, rawa pasang surut potensial dan di sawah irigasi yang rawan
terhadap banjir.