Indonesia
merupakan negara penghasil
karet terbesar di dunia. Tapi petaninya jauh dari kemakmuran dan
kesejahteraan padahal kita menguasai bahan mentah yaitu getah karet. Ironis
sekali ketika sebagai pemilik kita tidak bisa menentukan harga jual barang miliknya
sendiri bahkan cenderung mengikuti harga dari pembeli yang jelas jelas butuh
getah kita. Dalam beberapa bulan
terakhir khususnnya daerah Rimbo
Bujang, mengalami penurunan
harga karet yang signifikan, keluhan berbagai keluhan dari para petani sering terdengar
dalam setiap warung-warung seperti yang saya dengarkan dari orang-orang desaku yang rata-rata warga-nya
bermata pencaharian adalah meyadap karet untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Menurut
sumber berita yang saya baca dalam beberapa bulan ini harga karet masih
mengalami penurunan untuk beberapa daerah dan alhamdulillah untuk wilayah Rimbo
Bujang khususnya Sapta Mulia sudah akan kenaikan dari Rp 8200 naik menjadi Rp
8500/kg namun demikian itu masih sangat jauh dari yang diharapkan. Karena harga
sembako juga mengalami kenaikan. Contoh saja untuk memperoleh beras 1kg (Rp
10.000) petani harus menjual 2kg getah karet.belum termasuk kebutuhan kebutuhan
yang lainnya. Bayangkan saja jika dalam satu keluarga terdapat 5 orang kemudian
3 orang anaknya sekolah SMA/K SMP dan SD ....tentu sudah terbayang bukan
sulitnya untuk memenuhi kebutuhan primer untuk kebutuhan pokok saja sebuah
keluarga kecil rata rata mengeluarkan Rp 400.000/Minggu itu hanya untuk beras
sayur dan lain lain yang penting dapur ngebul dan itu diluar uang jajan anak,
listrik, bensin, belum lagi sosial masyarakat. Terus bagaimana dengan anaknya
yang kuliah.....hemnnn anda sudah tau jawabanya.
Dampak
dari turunnya harga karet berimbas ke semuanya karena penghasilan utama warga
Rimbo Bujang adalah sebagai penyadap karet. Jangankan untuk kebutuhan yang lain
untuk kebutuhan utama saja sudah sulit. Belum lagi bagi yang mempunyai anak
sekolah jelas biaya bensin untuk motor harus keluar belum lagi uang jajan anak anaknya...petani
tidak mengetahui penyebab turunnya harga karet dan mereka tidak bisa berbuat
banyak hanya menunggu keajaiban dari pemerintah agar menaikkan harga karet
agar hidup mereka bisa bertahan dalam memenuhi kehidupan mereka sehari-hari.
Banyak
warga yang berharap presiden terpilih kita bapak Jokowi menaikkan harga karet
karena warga banyak melihat presiden mudah sekali menaikkan dan menurunkan
harga minyak sementara harga getah karet kok belum menjadi perhatian. Harapan
warga tidak muluk muluk minimal untuk memperoleh beras 1Kg cukup dengan menjual
getah karet 1Kg juga. Sehingga kesejahteraan masih bisa dikejar atau diraih
kalau untuk saat ini sepertinya masih jauh dari itu. Belum lagi sebentar lagi
kita akan menghadapi bulan puasa dan lebaran yang sudah jadi rahasia umum harga
sembako akan melambung tinggi (biasanya). Karena pada saat saat seperti
ramadhan dan lebaran ibu ibu mulai diributkan dengan masalah pakaian anak uang buat
kue dan masih banyak lainnya yang jelas memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Sementara lahan karet tetap dan harga belum kunjung naik...
Karena saya adalah tukang penyadap karet di
kampung saya di daerah Sapta Mulia jadi saya memahami dan mengerti betul kondisi disaat
harga karet mengalami penurunan kalau kata cita citata sakitnya tuh disini.
Semoga dengan tulisan ini saya dapat memberikan semangat kepada seluruh penyadap dan petani karet
untuk selalu bertahan dan menjadi
masukkan agar pemeritah setempat, dan pemerintah pusat dapat lebih memperhatikan kesejahteran para
petaninya.